Monday, April 29, 2019

Tritunggal Dan Kristologi

Tritunggal dan KristologiDoktrin Allah Tritunggal berada pada rangking teratas sebagai doktrin yang sangat sulit dijelaskan, dimengerti dan dipahami. Dikatakan demikian, karena berdasarkan pengakuan para penulis Alkitab yaitu bahwa Allah itu esa (monoteisme) tetapi juga dipercayai keberadaan dan kehadiran-Nya dalam tiga pribadi (hupostasis) ilahi. Dan tetap tidak terjebak ke dalam praktek penyembahan kepada tiga Allah (Triteisme).

Rangking kedua sebagai doktrin yang juga tidak kalah sulitnya untuk dijelaskan, dimengerti dan dipahami ialah doktrin Kristologi (doktrin tentang Kristus). Dikatakan demikian, karena sesuai dengan pengakuan dan ajaran para rasul, yaitu bahwa Yesus Kristus diberitakan, diterima dan diimani sebagai Allah sepenuhnya dan juga sepenuhnya manusia (Deus et vere homo).

Merujuk kepada pernyataan di atas, maka dapat dipahami bahwa sesungguhnya iman Kristen merupakan suatu misteri. Kemisterian iman Kristen mengacu kepada: misteri Allah Tritunggal dan misteri inkarnasi Yesus. Kita perlu mengerti dan memahami bahwa kedua doktrin tersebut bukan dan tidak bisa dipandang misteri. Mengapa dikatakan begitu?


Sebab doktrin (bahasa Latin Docere artinya mengajar) merupakan suatu upaya kita untuk menjabarkan dan memberi pengajaran tentang kehidupan di hadapan Sang Misteri tersebut. Penjabaran dan pengajaran kita selalu saja tidak lengkap dan terbatas. Kendati demikian, dalam frame menjabarkan dan mengajarkan doktrin memang tetap pada spirit harus bisa dimengerti dan diterima dengan benar.Sebagai sebuah penjelasan dan pengajaran, doktrin harus bisa dipahami dengan baik.

Arti kata misteri
Kata “misteri” dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia didefinisikan sebagai: “Sesuatu yang masih belum jelas (masih menjadi teka-teki; masih belum terbuka rahasianya); kenyataan yang begitu luhur sehingga secara mendasar melampaui daya tangkap manusia; apa pun yang semakin dapat dimengerti atau dihayati, tetapi tidak pernah ditangkap seluruhnya sehingga tetap merupakan rahasia menyangkut kehadiran atau kegiatan Ilahi, misalnya Allah Tritunggal”.

Di sini, kata “misteri” harus kita mengerti dan pahami secara baik dan benar. Sebagaimana yang didefinisikan di atas, maka kita mengerti, mengetahui dan memahami bahwa kata “misteri” mengacu kepada kenyataan yang memang sulit untuk dijelaskan secara lengkap baik melalui logika apologetika rasional maupun diumpamakan berdasarkan fakta empiris.

Dengan demikian, iman Kristen merupakan sebuah misteri. Artinya di sini ialah bahwa misteri iman tentulah tidak sama dengan teka-teki dan problematika. Dikatakan demikian, karena masalah pasti ada solusinya atau bisa diselesaikan dan teka-teki bisa kita pecahkan.

Namun, ketika kita masuk dan menggeluti doktrin sebagai sebuah pengajaran tentang misteri iman sangatlah berbeda. Maksudnya ialah bahwa pengajaran atau doktrin yang bersentuhan dengan misteri iman bukanlah suatu upaya untuk menyelesaikan dan menyibak misteri itu. Tetapi suatu perjuangan iman dalam ranah hidup insani dengan spirit untuk merawat dan memeliharanya sehingga tetap dalam bingkai misteri dan secara bersamaan juga bahwa misteri iman dapat memberi arti dalam hidup beriman kita.

Berdasarkan doktrin Allah Tritunggal dan Kristologi (dua hakikat Yesus Kristus: Allah sepenuh-penuhnya dan manusia sepenuh-penuhnya[1]) sebagaimana diutarakan di atas, semua fondasi kebenaran tentang iman Kristen diajarkan, dihidupi, dipertahankan dan dikembangkan serta diberitakan. Karenanya menurut Gereja Orthodoks Timur bahwa di dalam kedua dogma itulah memberi jaminan manusia dapat diselamatkan kalau ia hidup di dalamnya dan pada sisi lain kalau manusia menolak untuk hidup di dalamnya maka dia pasti tidak selamat alias binasa.

Secara legal formal patut diakui bahwa doktrin tentang Trinitas atau Tritunggal diformulasikan atau dirumuskan sesudah gereja mula-mula memformulasikan secara legal formal rumusan tentang doktrin Kristologi. Dengan demikian, penerimaan dan pengakuan tentang doktrin Trinitas atau Tritunggal oleh gereja terjadi sebagai konsekuensi logis dari adanya rumusan doktrin Kristologi yang menegaskan bahwa Yesus Kristus sebagai Allah dan manusia yang menjadi mediator (pengantara) keselamatan bagi dunia. Karenanya mau tidak mau agar dapat mengerti dan memahami tentang doktrin Trinitas atau Tritunggal, kita musti mengawalinya dengan menggali terlebih dahulu konsep doktrin tentang Yesus Kristus. Bersambung...!



[1] Penggunaan kata “sepenuh-penuhnya” bertujuan untuk memberi tekanan dan penegasan tentang konsep keilahian Yesus Kristus dan kemanusiaan-Nya.

Thursday, April 25, 2019

Menyibak Jejak History Tritunggal

Menyibak jejak history Tritunggal ~ Perjalanan sejarah dari konsep Trinitas atau Tritunggal melewati suatu perjalanan dan pergumulan teologis yang panjang serta membutuhkan banyak waktu guna merumuskannya. Lebih dari pada itu, ada begitu banyak tokoh yang telah berkontribusi dalam hal waktu, tenaga dan pikiran yang cerdas demi meletakan dasar teologis yang kuat terhadap konsep doktrin Trinitas atau Tritunggal.

Kaisar Romawi yaitu Konstantin ditengarai berperan penting dalam meletakkan sejarah doktrin Trinitas atau Tritunggal. Ada sekitar 1800 uskup dipertemukan di Nicea yang mana terjadi atas undangan Kaisar Romawi Konstantin.

1800 uskup tersebut berasal dari dua bagian wilayah, yaitu dari wilayah timur sekitar  1000 orang, lalu sisanya yaitu 800 orang dari barat. Tetapi tidak semua memenuhi undangan kaisar Konstantin. Ada catatan dari beberapa tokoh yang memenuhi undangan di Nicea pada waktu itu.

Eusebius dari Kaisaria menghitung 250, Athanasius dari Alexandria menghitung 318, dan Eustatius dari Antiokhia mencatat 270 orang. Mereka bertiga hadir pada konsili ini. Belakangan Socrates Scholasticus mencatat lebih dari 300 orang dan Evagrius, Hilarius, Hieronimus dan Rufinus mencatat 318 orang.


Dari catatan daftar hadir yang dikemukakan oleh beberapa tokoh tersebut ada perbedaan. Ini menegaskan bahwa tidak ada catatan yang akurat dan pasti dari peserta yang hadir di Nicea.

Latar belakang keyakinan Konstantin sesungguhnya non Kristen. Tetapi ketika Kaisar Konstantin terpilih dan memerintah sebagai Kaisar Romawi, kebijakan yang diambilnya ialah membuat kekristenan menjadi agama negara yang sah dan legal secara hukum kerajaan.

Latar belakang dijadikannya kekrisnten sebagai agama yang legal, disebabkan keyakinan Konstantin atas kemenangan yang diraihnya itu berkat campur tangan Tuhan Yesus Kristus. Konstantin baru menjadi pengikut Kristus di akhir dari hidupnya. Keyakinan kepada Kristus itu ditandai dengan Konstantin dibaptis ketika ia sedang dalam kondisi sakit yang sangat kritis.

Tentang biografinya, Henry Chadwick mengabadikannya di dalam sebuay tulisan yaitu yang berjudul The Early Church. Di dalam catatannya, Henry menegaskan: “Konstantin, seperti bapanya, menyembah Matahari Yang Tidak Tertaklukkan;… pertobatannya hendaknya tidak ditafsirkan sebagai pengalaman kerelaan yang datang dari batin… Ini adalah masalah militer. Pengertiannya mengenai doktrin Kristen tidak pernah jelas sekali, tetapi ia yakin bahwa kemenangan dalam pertempuran bergantung pada karunia dari Allah orang-orang Kristen”.

Di dalam Encyclopaedia Britannica, dicatat tentang peran fungsional Konstantin pada konsili di Nicea. Apa sesungguhnya peranan Kaisar Konstantin dalam konsili Nicea?. Berikut informasi yang diperoleh dari Encyclopaedia Britannica:

“Konstantin sendiri menjadi ketua, dengan aktif memimpin pertemuan dan secara pribadi mengusulkan… rumusan penting yang menyatakan hubungan Kristus dengan Allah dalam kredo yang dikeluarkan oleh konsili tersebut, ‘dari satu zat dengan Bapa’… Karena sangat segan terhadap kaisar, para uskup, kecuali dua orang saja, menandatangani kredo itu, kebanyakan dari mereka dengan sangat berat hati”.

Berdasarkan informasi tersebut di atas, maka kita menemukan bahwa Kaisar Konstantin punya posisi penting dan strategis di dalam merumuskan konsep doktrin Trinitas atau Tritunggal. Namun dalam historinya, ternyata tidaklah mudah untuk mencapai kata sepakat.

Ada perdebatan, diskusi dan dialog yang alot dan penuh ketegangan di antara para uskup yang hadir di Nicea untuk merumuskan kredoa berkaitan dengan konsep doktrin Trinitas atau Tritunggal. Hal itu berlangsung selama dua bulan, namun tetap saja tidak mendapatkan keputusan yang jelas.

Dalam situasi dan kondisi yang dilematis itulah, Kaisar Konstantin melakukan intervensi. Kaisar Konstantin membuat keputusan yang memberi keuntungan bagi kelompok yang memiliki konsep teologis yaitu Yesus adalah Allah. Ada sikap ambigu yang mengemuka berkaitan dengan keputusan Kaisar Konstantin tentang Yesus adalah Allah. Karena memang bangunan teologis yang secara alkitabiah tidak ada dasarnya.

Di dalam persepsi A Short History of Christian Doctrine, dikatakan bahwa: “Konstantin pada dasarnya tidak mengerti apa-apa tentang pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dalam teologi Yunani”. Artinya keputusan yang dibuat oleh Kaisar Konstantin dalam konsili Nicea adalah keputusan politis. Tujuannya ialah supaya jangan terjadi perpecahan agama dan di sisi lain supaya memperkuat posisi wilayah pemerintahannya.

Pasca Konsili Nicea, dialog, diskusi dan penajaman pengertian terkait dengan konsep Trinitas atau Tritunggal masih berlanjut selama puluhan tahun. Mereka yang percaya bahwa Yesus tidak setara dengan Allah bahkan mendapat angin lagi untuk beberapa waktu. Namun belakangan, Kaisar Theodosius mengambil keputusan menentang mereka. Ia meneguhkan kredo dari Konsili Nicea sebagai standar untuk daerahnya dan mengadakan Konsili Konstantinopel pada tahun 381 M. untuk menjelaskan rumus tersebut.

Konsili tersebut menyetujui untuk menaruh Roh Kudus pada tingkat yang sama dengan Allah dan Kristus. Di sinilah dikatakan untuk pertama kalinya, Tritunggal Susunan Kristen mulai terbentuk dengan jelas. Tetapi, bahkan setelah Konsili Konstantinopel, Tritunggal tidak menjadi kredo yang diterima secara luas. Banyak orang menentangnya dan karena itu mengalami penindasan yang kejam.

Baru pada abad-abad belakangan Tritunggal dirumuskan dalam kredo-kredo yang tetap. The Encyclopedia Americana mengatakan: “Perkembangan penuh dari ajaran Tritunggal terjadi di Barat, pada pengajaran dari Abad Pertengahan, ketika suatu penjelasan dari segi filsafat dan psikologi disetujui”.

Dimampukan Untuk Memberitakan Injil

Dimampukan untuk memberitakan Injil ~ Landasan firman Tuhan untuk tema tersebut diambil dari Kisah Para Rasul 1:8. Paulus menulis dalam suratnya kepada Timotius, demikian: “Beritakanlah firman, siap sedialah baik atau tidak baik waktunya, nyatakanlah apa yang salah, tegorlah dan nasihatilah dengan segala kesabaran dan pengajaran” – 2 Timotius 4:2

Dokter Lukas dalam Kisah Para Rasul 1:8, menulis: “Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem, dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi”.

Apa tanggapan atau reaksi kita ketika membaca bagian ayat firman Tuhan tersebut?. Ada orang yang mengatakan: Firman Tuhan itu bukan untuk saya, tetapi untuk hamba Tuhan atau penginjil yang memang sudah dipersiapkan di sekolah teologia. Saya tidak pernah belajar teologia, jadi saya tidak bisa memberitakan Injil. Saya takut memberitakan Injil, karena saya ini orang biasa, awam jemaat kecil. Wouww, kalau ngrumpi saya jagonya, tetapi kalau memberitakan Injil, maaf saya ga berani.


Kalimat tanya: “Bagaimana Roh Kudus memampukan kita untuk memberitakan Injil?”.
Kalimat peralihan: Berdasarkan firman Tuhan dalam Kisah Para Rasul 1:8, maka ada beberapa hal yang dilakukan oleh Roh Kudus supaya kita bisa memberitakan Injil, yaitu:

1. Kita dimampukan untuk menjadi teman seperjalanan bagi sesama yang membutuhkan – Kisah Para Rasul 1:8: “Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi”.

Siapakah sesama yang membutuhkan di “Yerusalem”, “Yudea”, “Samaria” dan “Ujung dunia itu”?
a. Mereka yang kecewa karena yang terjadi tidak seperti yang diharapkan – Lukas 24:13-35.
b. Mereka yang tertekan dan menderita karena kerasnya kehidupan – Lukas 10:25-37.

2. Kita dimampukan untuk menjadi “garam” dan “terang” bagi sesama yang ada di luar pagar – Matius 5:13-16. Siapakah sesama yang ada di luar pagar itu?

a. Mereka yang standar moralnya yang sangat rendah bahkan tidak ada sama sekali – Matius 5:13: “Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang”.

b. Mereka yang tidak sadar bahwa dirinya orang berdosa – Matius 5:14-16: “Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi. Lagipula orang tidak menyalakan pelita lalu meletakkannya di bawah gantang, melainkan di atas kaki dian sehingga menerangi semua orang di dalam rumah itu. Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga”.

Menjadi pembawa damai bukan didasarkan pada kehebatan dan kekuatan manusiawi kita. Tetapi didasarkan pada Roh Kudus yang kuasa-Nya tanpa batas (unlimited) bagi kita. Rasul Paulus menulis: “Sebab Injil yang kami beritakan bukan disampaikan kepada kamu dengan kata-kata saja, tetapi juga dengan kekuatan Roh Kudus dan dengan suatu kepastian yang kokoh. Memang kamu tahu, bagaimana kami bekerja di antara kamu oleh karena kamu. Dan kamu telah menjadi penurut kami dan penurut Tuhan; dalam penindasan yang berat kamu telah menerima firman itu dengan sukacita yang dikerjakan oleh Roh Kudus” – 1 Tesalonika 1:5-6

Karenanya, dalam kuasa Roh Kudus yang tidak terbatas itulah kita dimampukan untuk menjadi teman seperjalanan bagi sesama yang membutuhkan dan kita dimampukan untuk menjadi “garam” dan “terang” bagi sesama yang ada di luar pagar. Amin

Wednesday, April 24, 2019

Memahami Tritunggal Secara Etimologi

Memahami Tritunggal secara etimologi ~ Kata Trinitas atau Tritunggal adalah bersumber dari kosa kata atau tata bahasa Latin. Dalam bahasa Latin, kata Trinitas atau Tritunggal adalah menggunakan kata “trinus” dan “unitas”. Kata Latin “trinus” dan “unitas” diartikan dengan: “tiga serangkai atau tritunggal”. Kedua kata “trinus” dan “unitas” adalah kata benda abstrak, yang terbentuk dari kata sifat trinus (tiga masing-masing, tiga kali lipat), sebagai kata unitas yang merupakan kata benda abstrak yang dibentuk dari unus (satu).

Dalam tata bahasa atau kosa kata Yunani yang sesuai adalah kata “trias”. Kata “trias” itu diartikan sebagai: “satu set dari tiga” atau “berjumlah tiga”. Teofilus dari Antiokhia yaitu pada sekitar tahun 170, dianggap sebagai orang pertama yang memakai istilah dari kata Yunani ini ke dalam teologi Kristen (meskipun bukan tentang Trinitas Ilahi).


Sedangkan teolog Latin yang pertama menggunakan istilah “Trinitas”, “Persona” dan “Substansi” ialah Tertulianus, yaitu pada permulaan abad ke 3. Tertulianus menjelaskan bahwa Bapa, Anak dan Roh Kudus adalah “satu dalam esensi – bukan satu dalam Persona”. Artinya ialah Bapa, Anak, Roh Kudus adalah satu dalam esensi atau hakikat yaitu Allah Yang Esa. Namun harus juga dipahami bahwa pada saat yang sama secara Persona atau Person atau Pribadi atau hupostasis berbeda atau tidak sama.

Pada tahun 325, yaitu satu abad berikutnya, para pemimpin gereja menyelenggarakan konsili [Konsili Ekumenis dalam Gereja Katolik dan Gereja Ortodoks Timur adalah pertemuan seluruh uskup keseluruhan Gereja untuk membahas dan mengambil keputusan yang menyangkut doktrin Gereja dan aturan praktisnya] atau sidang akbar atau pertemuan besar atau musyawarah besar di Nicea. Dalam konsili di Nicea tersebut diputuskan dan ditetapkanlah bahwa doktrin Trinitas sebagai ortodoksi [Ortodoksi dalam sebuah ajaran agama artinya adalah “ajaran yang benar”, terkadang hal ini diartikan sebagai “ajaran yang lama”, “ajaran yang kuno” atau “ajaran yang fundamentalis”].

Lalu gereja juga mengadopsi Pengakuan Iman Nicea, yang memberikan gambaran dan penegasan tentang Yesus Kristus sebagai “Allah dari allah, Terang dari terang, maha Allah dari maha Allah, diperanakkan, bukan dibuat, satu substansi (homoousios) dengan Bapa”. Dalam kitab Wahyu ditegaskan bahwa: “Mereka akan berperang melawan Anak Domba. Tetapi Anak Domba akan mengalahkan mereka, karena Ia adalah Tuan di atas segala tuan dan Raja di atas segala raja. Mereka bersama-sama dengan Dia juga akan menang, yaitu mereka yang terpanggil, yang telah dipilih dan yang setia” – Wahyu 17:14. Lalu dalam Wahyu 19:16: “Dan pada jubah-Nya tertulis suatu nama, yaitu “Raja segala raja dan Tuan di atas segala tuan”.

Kata “tritunggal” (bahasa Inggris: trinity) berasal dari kata Latin trinitas, yang berarti "yang nomor tiga, tiga serangkai". Kata benda abstrak tersebut terbentuk dari kata sifat trinus (tiga masing-masing, rangkap tiga), [Lewis and Short: “trinus. Perseus.tufts.edu. Diakses tanggal 24 April 2019”] sebagaimana kata unitas merupakan kata benda abstrak yang terbentuk dari unus (satu).

Kata yang sesuai dalam bahasa Yunani adalah Τριάς, yang artinya “satu set dari tiga” atau “yang nomor tiga” [“Liddell & Scott, A Greek-English Lexicon. entry for Τριάς, diakses 24 April 2019] Catatan pertama terkait penggunaan kata Yunani ini dalam teologi Kristen adalah oleh Teofilus dari Antiokhia pada sekitar tahun 179.

Dengan cara demikian juga ketiga hari sebelum [terciptanya] penerang, terdapat tanda-tanda Trinitas [Τριάδος], dari Allah, dan Firman-Nya, dan kebijaksanaan-Nya. Dan yang keempat adalah tanda manusia, yang membutuhkan terang, sehingga demikianlah terdapat Allah, Firman, kebijaksanaan, manusia.[ Aboud, Ibrahim (Fall 2005). Theandros an online Journal of Orthodox Christian Theology and Philosophy. 3, number 1. Diakses 24 April 2019].

Tertullianus, seorang teolog Latin yang menulis pada awal abad ke-3, dianggap sebagai orang pertama yang menggunakan kata-kata Latin terkait “Trinitas” [Against Praxeas, chapter 3. Ccel.org. 1 June 2005. Diakses tanggal 24 April 2019]; “pribadi” dan “substansi” [Against Praxeas, chapter 2 and in other chapters] untuk menjelaskan bahwa Bapa, Putra, dan Roh Kudus adalah “satu dalam esensi — bukan satu dalam Pribadi” [History of the Doctrine of the Trinity. Diakses 24 April 2019]

Arti Kata Tritunggal

Arti kata tritunggal ~ Salah satu doktrin atau pengajaran iman Kristen yang paling kontroversial ialah doktrin atau pengajaran tentang tritunggal. Dikatakan demikian karena memang doktrin tentang tritunggal ini menjadi perdebatan yang sangat tajam antar Kristen dan Islam. Tritunggal adalah satu sahadat atau kredo yang menegaskan bahwa Allah itu esa namun hadir atau berada dalam tiga pribadi. Tritunggal adalah Satu Allah Yang Esa tetapi menyatakan diri-Nya dalam tiga kepribadian yaitu Bapa, Anak, Roh Kudus.

Tritunggal adalah Bapa, Putra, Roh Kudus merupakan tiga pribadi yang sama esensinya, memiliki kedudukan yang sama, kuasanya juga sama dan kemuliaannya juga sama. Istilah Tritunggal adalah dalam bahasa Inggris menggunakan kata trinity. Sedangkan tritunggal adalah dalam bahasa Latin memakai kata trinitas. Tritunggal adalah Tiga Pribadi yang menyatu dalam kesatuan hakikat atau esensi Allah.

Penggunaan istilah “pribadi” ketika dikaitkan dengan tritunggal adalah dalam bahasa Yunani memakai kata “hupostasis”, lalu diterjemahkan ke dalam bahasa Latin, yaitu “persona”. Lalu istilah tritunggal adalah “persona” diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris menjadi “person”.


Doktrin tritunggal adalah doktrin yang sudah diakui mulai permulaan abad ketiga. Pada permulaan abad ke tiga itulah doktrin tritunggal adalah menyatakan bahwa “Satu keberadaan (Yunani: ousia, Inggris: beeing) Allah di dalam tiga Pribadi dan satu substansi (natur), Bapa, Anak, dan Roh Kudus”. Di sini, Allah yang satu menyatakan keberadaan-Nya dalam tiga persona (Latin) atau person (Inggris) dan ketiga persona atau person itu (Bapa, Anak dan Roh Kudus) memiliki substansi (natur) yang satu dan sama.

Dalam (The Oxford Dictionary of the Christian Church) atau Kamus Oxford Gereja Kristen dijelaskan dan ditegaskan bahwa Trinitas (Latin) atau Tritunggal (Indonesia) merupakan: “dogma sentral dari teologi Kristen”. Artinya di sini ialah bahwa Tritunggal adalah dalam teologi Kristen menjadi pusat dari semua pengajaran iman Kristen. Pengajaran atau doktrin tritunggal disambut, diterima dan diakui dalam gereja seperti: Katolik,Protestan, dan Orthodoks.
Keberadaan dan kehadiran Allah Tritunggal yaitu Bapa, Putra dan Roh Kudus (baca: baik terpisah dan bersama-sama) sangat nyata di dalam banyak ayat Alkitab, baik Perjanjian Lama maupun dalam Perjanjian Baru. Namun, istilah Tritunggal atau Trinitas tidak secara eksplisit ditulis oleh para penulis Alkitab (para nabi dan para rasul).

Formulasi atau rumusan Tritunggal terlihat jelas dalam Injil Lukas dan Injil Matius. Penulis Injil Lukas, menulis: “dan turunlah Roh Kudus dalam rupa burung merpati ke atas-Nya. Dan terdengarlah suara dari langit: “Engkaulah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Mulah Aku berkenan” – Lukas 3:22. “Engkaulah Anak-Ku yang Kukasihi”, menunjuk kepada Yesus. Dalam rupa burung merpati menunjuk kepada Roh Kudus. Suara dari langit dimengerti dan dipahami sebagai suara sang Bapa. Di sini konteksnya ialah ketika Yesus selesai di baptis oleh Yohanes pembaptis.

Penulis Injil Matius, menulis: “Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus” – Matius 28:19. Ini merupakan pernyataan langsung dari Yesus pasca kebangkitan dan pra kenaikan-Nya ke sorga. Para murid diberi mandat untuk melakukan prosesi pembaptisan di dalam dan atas nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus.

Berdasarkan firman Tuhan dalam Injillah, maka doktrin Tritunggal mendapatkan bentuknya seperti sekarang. Pernyataan Yesus yang juga dicatat dalam Injil Yohanes yaitu: “Bapa di dalam Aku dan Aku di dalam Bapa” (Yohanes 10:38; 14:10, 11). Pernyataan Yesus itu menegaskan kesatuan, keberadaan dan kehadiran Bapa dan Anak secara bersama-sama. Dapat juga dipakai untuk menguraikan tentang “pribadi”, “sifat”, “esensi”, “subtansi”. Memang para murid tidak memakai istilah-istilah tersebut.

Tuesday, April 23, 2019

Bangkit Bersama Kristus


Bangkit bersama Kristus ~ Setiap tahun kita merayakan kebangkitan Kristus. Tentu kita merayakan kebangkitan Kristus sebagai suatu pernyataan iman bahwa maut sudah dikalahkan. Kemenangan atas maut sudah dijamin oleh kebangkitan Kristus.

Sebagai pengikut Kristus di akhir zaman ini, kita harus bangkit bersama Kristus. Bangkit bersama Kristus itu penting. Dikatakan demikian, karena ada beberapa alasan kuat, yaitu:

Satu, bangkit bersama Kristus artinya kita meninggalkan cara hidup yang lama, yang sia-sia, yang tidak bermanfaat dan tidak produktif. Kita semua adalah manusia yang telah berdosa. Sebagaimana yang ditegaskan oleh rasul Paulus dalam suratnya kepada jemaat Tuhan yang ada di kota Roma, yaitu: “Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah” – Roma 3:23.

Kutipan firman Tuhan di atas, memberikan suatu penegasan kepada kita betapa pentingnya kita bangkit bersama Kristus. Dikatakan demikian, karena hanya dengan bangkit bersama Kristuslah kita bisa mengalahkan dosa dan kuasanya di dalam hidup kita.


Dua, bangkit bersama Kristus artinya kita berkomitmen untuk hidup dalam kehidupan yang memuliakan Tuhan. Rasul Paulus menegaskan bahwa: “Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang” – 2 Korintus 5:17.

Kutipan firman Tuhan di atas, memberikan beberapa hal penting berkaitan dengan bangkit bersama Kristus, yaitu: 1) Untuk bisa bangkit bersama Kristus, kita harus ada di dalam Kristus. 2) Bukti ada di dalam Kristus atau bangkit bersama Kristus ialah adanya perubahan hidup. 3) Hidup yang berubah hanya dimungkinkan oleh tindakan untuk bangkit bersama Kristus. 4) Bangkit bersama Kristus menegaskan ada kuasa rohani yang olehnya kita bisa mengalahkan cara hidup berdosa. 5) Bangkit bersama Kristus menegaskan adanya orisinal blessing atau berkat yang terbaik di dalam Kristus.

Tiga, bangkit bersama Kristus artinya kita mau bertekad untuk memberitakan kasih Kristus kepada sesama yang belum mengalaminya. Penulis Injil Matius, dalam pimpinan Roh Kudus berkaitan dengan memberitakan kasih Kristus, menulis: “Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman” – Matius 28:19-20.

Kutipan firman Tuhan di atas, memberikan penegasan kepada kita bahwa bangkit bersama Kristus ada misi yang kita harus kerjakan. Bangkit bersama Kristus untuk melakukan misi itu tidak bisa dilakukan dengan kekuatan kita sendiri. Pada sisi lain, bangkit bersama Kristus dan memberitakan kasih-Nya merupakan suatu bentuk taatnya kita kepada perintah Yesus.

Misi tersebut sangat jelas yaitu untuk menjadikan semua orang dari segala suku, kaum, bangsa dan bahasa sebagai murid Kristus. Lalu mereka yang dimuridkan itu dibaptis dalam dan atas nama Trinitas atau Tritunggal yaitu Bapa, Anak dan Roh Kudus.

Setelah murid-murid Kristus itu dibaptis dalam dan atas nama Trinitas atau Tritunggal, mereka harus diajarkan tentang Kristus dan karya-Nya serta misi yang harus dilakukan oleh setiap murid. Murid-murid tersebut harus bertumbuh dan didewasakan dalam iman kepada Kristus.

Ada jaminan bagi setiap kita bahwa dalam pelaksanaan misi-Nya, Kristus menyertai kita sampai Ia datang menjemput kita. Hal ini penting karena pasti ada kesulitan dalam upaya memberitakan kasih-Nya kepada dunia. Itu sebabnya penyertaan-Nya dibutuhkan sehingga menguatkan para murid untuk menjalankan misi keselamatan bagi manusia berdosa.

Monday, April 22, 2019

Mengenal Dan Mengalami Kuasa Kebangkitan Kristus

Mengenal dan mengalami kuasa kebangkitan Kristus ~ Landasan firman Tuhan untuk tema tersebut diambil dari surat rasul Paulus kepada jemaat Tuhan yang ada di kota Filipi. Dalam Filipi 3:10-11, rasul Paulus dalam pimpinan, tuntunan, arahan, bimbingan dan ilham Roh Kudus, menulis: “Yang kukehendaki ialah mengenal Dia dan kuasa kebangkitan-Nya dan persekutuan dalam penderitaan-Nya, di mana aku menjadi serupa dengan Dia dalam kematian-Nya, supaya aku akhirnya beroleh kebangkitan dari antara orang mati”.

Semenjak ketidaktaatan dan kejatuhan Adam dan Hawa ke dalam dosa, maka relasi mereka dengan Allah tidak harmonis, putus dan terpisah. Bersamaan dengan itu, secara rohani Adam dan Hawa telah mati. Dalam kondisi tersebut, kebutuhan manusia satu-satunya ialah pemulihan relasi dengan Allah. Dan untuk bisa dipulihkan, maka perlu adanya seorang penebus yang bisa mendamaikan Allah dengan manusia.

Kebutuhan tersebut ditegaskan oleh rasul Paulus dalam suratnya demikian: “Semua manusia telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah” Rom 3:23. “Syukur kepada Allah bahwa Dia telah mengaruniakan anak-Nya yang tunggal yaitu Yesus Kristus agar kita semua yang percaya kepada-Nya tidak binasa melainkan beroleh hidup yang kekal” – Yohanes 3:16.


Pertanyaan penting yang patut diajukan ialah: “Bagaimana supaya kita bisa mengenal dan mengalami kuasa kebangkitan Kristus?” Berdasarkan catatan Alkitab, maka ada beberapa hal yang perlu kita pahami, yaitu:

1. Hidup yang menyatu dengan hidup Kristus
Rasul Paulus menulis: “Namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku” – Galatia 2:20a. Di sini, rasul Paulus menegaskan bahwa hidupnya sudah menyatu dengan hidup Kristus.

Yesus Kristuslah yang menjadi tuan, penguasa yang berotoritas penuh dalam totalitas hidup rasul Paulus. Segala kesukaan, cita-cita dan perjuangan hidupnya menyatu dengan kesukaan, cita-cita dan perjuangan hidup Yesus Kristus.
Demikian jugalah dengan kita. Setelah kita mengenal dan mengalami kuasa kebangkitan Yesus Kristus, maka semua kesenangan, semua ego, semua kesombongan dan keangkuhan hidup ditanggalkan. Yesus Kristus dan karakter-Nya yang menguasai hidup dan karya kita.

2. Hidup yang menghidupi karakter Kristus
Rasul Paulus menulis: “Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus” – Filipi 2:5. Di sini, rasul Paulus memotivasi kita supaya dalam interaksi sosial atau relasi kita satu dengan yang lainnya menunjukkan karakteristik hidup Yesus.

Karakter hidup Yesus ialah penuh kasih, melayani dalam kerendahan hati, tidak menyimpan dendam, tidak membalas jahat dengan jahat, berkorban bagi manusia dan memberikan nyawa-Nya bagi keselamatan kita. Inilah teladan karakter yang ditinggalkan oleh Yesus Kristus supaya kita mengikuti jejak-Nya.

Kalau kita hidup dan menghidupi karakter Yesus Kristus dalam interaksi sosial atau relasi kita satu dengan yang lainnya, maka kita pasti semangat menjalani hidup ini. Selain itu, hidup kita akan menjadi kesaksian yang benar dan memberkati hidup sesama kita.

3. Hidup dalam kemenangan Kristus.
Rasul Paulus dengan tegas menulis: “Sebab segala sesuatu telah ditaklukkan-Nya di bawah kaki-Nya” – 1 Korintus 15:27a. Kebangkitan Kristus membuktikan keilahian-Nya yang tidak dapat dikalahkan oleh kematian. Selain itu, kebangkitan Kristus membuktikan kuasa dan otoritas-Nya atas maut.

Rasul Paulus dengan tegas berkaitan dengan kemenangan Kristus atas maut, menulis: “Dan sesudah yang dapat binasa ini mengenakan yang tidak dapat binasa dan yang mati ini mengenakan yang tidak dapat mati, maka akan genaplah firman Tuhan yang tertulis: Maut telah ditelan dalam kemenangan” – 1 Korintus 15:54.

Kebangkitan Kristus memberi jaminan kepada kita bahwa di dalam Kristus kita juga akan mengalami kemenangan dari kematian. Kita juga akan dibangkitkan dalam kemuliaan kebangkitan Kristus.

Sunday, April 21, 2019

Mengingat Dan Mengenal Peristiwa Jumat Agung

Mengingat dan mengenal peristiwa jumat agung ~ Kalimat “jumat agung” dalam bahasa inggris menggunakan istilah “Good Friday”. Memang ada pro kontra penggunaan istilah good Friday. Ada yang berpendapat bahwa istilah dan penyebutan good Friday adalah kesalahan di dalam penulisan. Sebenarnya penulisan yang tepat ialah “God Friday”.

Ada pula yang berpendapat bahwa secara teori yang bisa dipertanggung jawabkan yaitu istilah Good itu berasal dari bahasa Inggris Kuno. Kata Good itu di artikan suci. Itu sebabnya kalimat “Good Friday” sebenarnya ialah Jumat Suci. 

Sedangkan di dalam tata ibadah Yunani, hari raya Good Friday memakai penyebutan He Hagia kai Megalē Paraskeuē. Kalimat “He Hagia kai Megale Paraskeue” diterjemahkan menjadi hari “Jumat Suci dan Agung”. Selanjutnya di dalam tata bahasa Jerman, berkaitan dengan Jumat Suci dan Agung memakai kata “Karfreitag” yang diartikan dengan “Jumat Sedih”.

Dalam kalender gerejawi, hari “Jumat Agung, Jumat Suci dan Jumat Sedih” diperingati sebagai suatu momen untuk umat Kristen di seluruh dunia mengenang peristiwa penyaliban dan kematian Yesus di atas kayu salib. Perayaan dalam hari “Jumat Agung, Jumat Suci, Jumat Sedih”,  dilakukan dalam nuansa psikologis kesedihan, khusuk dan merendahkan diri melalui doa dan puasa.


Alkitab sebagai sumber utama pengajaran iman Kristen tidak secara jelas mengungkapkan tentang hari kematian Yesus di atas kayu salib. Para penulis kitab suci, yaitu para nabi dan para rasul pun tidak mencatat hari kematian itu. Hanya kalau kita memperhatikan dalam Injil-injil sinoptik (Matius--Markus--Lukas) dan Yohanes memang ada petunjuknya.

Ada dua petunjuk penting berkaitan dengan peristiwa penyaliban dan kematian Yesus yang dicatat oleh para rasul yaitu: satu, ada hari persiapan dan dua, menjelang atau pra Sabat. Kedua peristiwa itu dicatat dalam Matius 27:62; Markus 15:42; Lukas 23:54; Yohanes 19:14.

Berdasarkan dua peristiwa penting tersebut di atas, maka perhitungan Sabat dimulai dari Jumat petang, pada waktu matahari masuk ke peraduannya atau tidak lagi bersinar. Artinya ialah bahwa ketika para rasul menulis “menjelang Sabat” (Yunani: prosabbaton--“hari sebelum Sabat”), maka bisa dipahami bahwa hari kematia Yesus terjadi pada Kamis petang atau Kamis sore hari (pra matahari masuk ke peraduannya atau setelah terbenamnya matahari) sampai pada hari Jumat di mana matahari belum terbenam.

Dalam Markus 15:25 dan Yohanes 19:14 diberi tambahan petunjuk, khususnya tentang waktu penyaliban Yesus. Markus menyebut “jam sembilan pagi” atau dalam teks Yunani: ēn de hōra tritē (pada jam ketiga), sementara Yohanes “kira-kira jam dua belas” atau dalam teks Yunani: hōra ēn hōs hektē (kira-kira jam keenam).

Berdasarkan pemaparan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa hari kemati Yesus di atas kayu salib ialah hari Jumat. Dari situlah menjadi cikal bakal lahirnya perayaan hari Jumat Agung, Jumat Suci dan Jumat Sedih” di mana di hari itu semua umat Kristen di seluruh dunia memperingati kematian Yesus untuk menebus manusia dari dosa-dosanya.

Telah menjadi suatu pola bahwa Jumat Agung, Jumat Suci, Jumat Sedih sebagai perayaan minggu paskah. Artinya ialah bahwa Jumat Agung, Jumat Suci, Jumat Sedih dilakukan sebelum paskah atau minggu pra paskah.

Acuan penghitungan untuk hari paskah didasarkan pada kebiasaan atau tradisi lama yaitu tradisi Computus (istilah Latin yang berarti “penghitungan”). Hal itulah yang menjadi alasan kuat bahwa hari Paskah yaitu hari kebangkitan Yesus terjadi pada hari Minggu, yaitu pada waktu bulan purnama yang mengikuti musim vernal equinox atau spring equinox (baca ekuinoks artinya musim semi).

Equinox sendiri adalah fenomena alam dimana matahari melintasi garis khatulistiwa, sehingga lamanya siang dan malam di seluruh dunia menjadi sama, yaitu 12 jam. Dalam setahun terjadi dua kali equinox (vernal/ spring dan autumnal), dimana vernal equinox biasanya terjadi pada 21 Maret. Perayaan Jumat Agung diisi dengan perenungan-perenungan akan jalan sengsara (via dolorosa) Yesus Kristus, mulai dari Ia dihadapkan kepada Pilatus, hingga dimakamkan.

Thursday, April 18, 2019

Arti Kepenuhan Roh Kudus

Arti kepenuhan Roh Kudus ~ Landasan firman Tuhan untuk tema tersebut diambil dari kitab Kisah Para Rasul 2:4. Penulis kitab Kisah Para Rasul dalam pimpinan, tuntunan, arahan, bimbingan dan ilham Roh Kudus, menulis: “Maka penuhlah mereka dengan Roh Kudus, lalu mereka mulai berkata-kata dalam bahasa-bahasa lain, seperti yang diberikan oleh Roh itu kepada mereka untuk mengatakannya”.

Kutipan firman Tuhan di atas, memberikan penegasan kepada kita bahwa setiap orang percaya kepada Tuhan Yesus pasti dipenuhi oleh Roh Kudus. Arti kepenuhan Roh Kudus di sini ialah bahwa setiap orang yang percaya kepada Tuhan Yesus disertai oleh Tuhan. Inilah arti kepenuhan Roh Kudus dalam perspektif iman Kristen.

Arti kepenuhan Roh Kudus
Dalam perspektif iman Kristen, arti kepenuhan Roh Kudus mencakup dua fase atau tahap. Arti kepenuhan Roh Kudus dibagi ke dalam dua fase atau tahap disebabkan sifat dari kepenuhan Roh Kudus itu sendiri.


Satu, arti kepenuhan Roh Kudus secara temporal.
Arti kepenuhan Roh Kudus secara temporal di sini adalah sifatnya yang hanya sesaat atau seketika saja. Maksudnya di sini ialah Roh Kudus memenuhi kita hanya untuk menegaskan bahwa Allah ada bersama kita. Adanya Allah bersama kita ditandai dengan adanya manifestasi kuasa Allah.

Pada sisi lain, arti kepenuhan Roh Kudus secara temporal menunjuk kepada pemberian karunia-karunia Roh Kudus kepada setiap orang percaya. Pemberian karunia-karunai Roh Kudus bertujuan untuk membangun dan menumbuh-kembangkan iman jemaat dan juga sebagai tanda bagi orang yang belum percaya kepada Tuhan Yesus bahwa sesungguhnya Allah hadir di tengah-tengah mereka.

Arti kepenuhan Roh Kudus yang ditanda-buktikan dengan manifestasi kuasa Allah dan pemberian karunia-karunia Roh Kudus selalu mengarah kepada Allah dipermuliakan. Dalam konteks arti kepenuhan Roh Kudus secara temporal, maka di sini ada nampak karunia seperti karunia penglihatan, bahasa roh atau bahasa asing.

Arti kepenuhan Roh Kudus secara temporal terjadi sesuai dengan kebutuhan konteks. Seperti dalam kebaktian kebangunan rohani, dan kegiatan-kegiatan rohani lainnya di dalam komunitas tubuh Kristus. Arti kepenuhan Roh Kudus secara temporal ini bukanlah sesuatu yang rumit. Dikatakan demikian, karena Allah yang berotoritas bisa memberikan kepada setiap orang yang dikehendaki-Nya.

Dua, arti kepenuhan Roh Kudus secara permanen.
Arti kepenuhan Roh Kudus secara permanen ini diperoleh, dialami atau terjadi pada saat seseorang percaya dan menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadinya. Arti kepenuhan Roh Kudus secara permanen ini juga menegaskan bahwa Roh Kudus ada di dalam dan bersama setiap orang percaya sepanjang waktu hidupnya di dunia ini.

Peran Roh Kudus dalam kehidupan setiap orang percaya sifatnya permanen. Kepermanenan kepenuhan Roh Kudus ini dialami oleh setiap orang percaya dalam beragam situasi dan kondisi hidupnya. Selain itu, ada peranan setiap orang percaya untuk memelihara relasinya dengan Roh Kudus.

Pemeliharaan relasi dengan Roh Kudus ini bisa dilakukan melalui setia doa, komit dalam pembacaan firman Tuhan setiap hari, konsisten beribadah kepada Tuhan, dan taat melakukan firman Tuhan dalam hidupnya. Dengan demikian, arti kepenuhan Roh Kudus tersebut membawa setiap orang percaya kepada kepekaan dan ketajaman roh.

Arti kepenuhan Roh Kudus termanifestasi dalam kehidupan setiap orang percaya yang adanya buah-buah roh yang menguasai dan mengotrol serta memberkati dan menghadirkan nilai-nilai kerajaan Allah. Rasul Paulus menulis dalam Galatia 5:22-24: “Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu. Barangsiapa menjadi milik Kristus Yesus, ia telah menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya”.

Hal ini akan melekat dalam diri seseorang dan tidak bisa lenyap sampai selamanya. Kalau karunia bisa bersifat sementara, tetapi buah bersifat permanen. Arti kepenuhan Roh Kudus secara permanen inilah yang harus diperjuangkan lebih dari kepenuhan Roh Kudus secara temporal. Karunia tidak bisa menjadi ciri kedewasaan rohani tetapi buah roh lah ciri kedewasaannya. Pada dasarnya dipenuhi Roh Kudus secara permanen sama dengan dipenuhi pikiran dan perasaan Allah yang terekspresikan melalui memperagakan buah-buah Roh melalui seluruh gerak hidup kita sehari-hari dan senantiasa berjalan didalam kasih dan kebenaran-Nya.

Kepenuhan Roh Kudus

Kepenuhan Roh Kudus ~ Landasan firman Tuhan untuk tema tersebut diambil dari kitab Kejadian 2:1-7. Dalam Kejadian 2:7, penulis kitab Kejadian dalam pimpinan, tuntunan, arahan, bimbingan dan ilham Roh Kudus, menulis: “ketika itulah TUHAN Allah membentuk manusia itu dari debu tanah dan menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya; demikianlah manusia itu menjadi makhluk yang hidup”.

Kepenuhan Roh Kudus adalah suatu peristiwa spiritual yang dialami oleh setiap orang yang percaya dan menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadinya. Kepenuhan Roh Kudus adalah suatu peristiwa penting dalam perjalanan iman setiap orang percaya. Kepenuhan Roh Kudus adalah sangat penting bagi hidup rohani setiap orang Kristen.

Kepenuhan Roh Kudus adalah juga merupakan karya Allah bagi hidup setiap murid Kristus. Kepenuhan Roh Kudus adalah penentu pertumbuhan iman dan kedewasaan rohani dari gereja Tuhan. Pada sisi lain kepenuhan Roh Kudus adalah bagian integral bagi perkembangan gereja.


Meja, kursi, lemari, dan pintu adalah sebagian kecil dari hasil kerja seorang tukang kayu. Benda-benda itu diciptakan supaya dapat digunakan sesuai fungsi mereka masing-masing. Tukang kayu akan membuat sketsa desain, mengukur, memotong serta menggabungkan kayu untuk bisa ia bentuk sesuai keinginannya. Artinya setiap kali hendak membuat sesuatu, tukang kayu memiliki tujuan akan kegunaan benda tersebut. Tidak mungkin ia asal-asalan saat membuat sebuah benda.

Allah pun demikian, Dia memiliki tujuan ketika Dia menciptakan bumi beserta isinya. Bukan tanpa tujuan pula, manusia menjadi ciptaan terakhir dari rangkaian penciptaan Allah. Setelah dunia lengkap dengan isinya, barulah Allah menciptakan manusia. Begitu istimewanya manusia bagi Allah, Dia juga menciptakan manusia menurut gambar-Nya sendiri.

Berbeda dengan ciptaan-Nya yang lain yang diciptakan hanya dengan berkata-kata, Dia menciptakan manusia secara khusus. Allah membentuk manusia dari debu tanah dan kemudian menghembuskan nafas kehidupan. Saat itu sebenarnya Allah mengimpartasikan Roh-Nya untuk memenuhi hidup manusia; sehingga manusia bukan hanya menjadi hidup, tetapi juga beroperasi di dimensi yang sama dengan dimensinya Allah, yaitu dimensi roh. Kepenuhan Roh Allah yang diterimanya itu membuat Adam menjadi manusia yang penuh dengan kuasa, segambar dan serupa dengan Allah.

Kita pun diciptakan Allah dengan kapasitas untuk menerima kepenuhan Roh Allah. Roh manusia yang semula dipenuhi kemuliaan Allah memang telah mengalami kejatuhan saat manusia berdosa. Sehingga kini roh kita pun tidaklah sempurna. Namun ketika Roh Kudus turun ke atas kita, roh kita kembali diaktifkan.

Sehingga kita dapat kembali beroperasi dalam dimensi roh. Saat kita menerima kepenuhan Roh, tujuan Allah dalam hidup kita pun dipulihkan. Kita dapat melangsungkan kehidupan serta memenuhi tanggung jawab kita di muka bumi ini sesuai dengan rencana besar Allah.

Kepenuhan Roh Kudus adalah membantu setiap orang percaya untuk berfungsi secara maksimal di dunia ini. Pada sisi lain, kepenuhan Roh Kudus juga memberi kuasa rohani kepada setiap orang percaya untuk melakukan pekerjaan Tuhan di dunia ini. Kepenuhan Roh Kudus adalah cara Allah memperlengkapi umat-Nya untuk memberitakan Injil kepada segala makhluk.

Gereja tanpa kepenuhan Roh Kudus adalah gereja yang tidak berfungsi dengan baik. Pelayanan yang kita lakukan tanpa kepenuhan Roh Kudus adalah pelayanan daging bukan pelayanan rohani. Aktivitas rohani yang kita selenggarakan tanpa kepenuhan Roh Kudus adalah kegiatan agamawi dan perintah manusia saja.

Berdasarkan pemaparan di atas, maka kita bisa melihat bahwa sesungguhnya kepenuhan Roh Kudus adalah sangat fundamental bagi hidup dan pelayanan gereja di akhir zaman ini. Kepenuhan Roh Kudus adalah kuasa yang membuat gereja bertumbuh dan berkembang sebagaimana yang Allah kehendaki. Jadi, kepenuhan Roh Kudus adalah sangat penting bagi kita.