Mengingat
dan mengenal peristiwa jumat agung ~ Kalimat “jumat agung”
dalam bahasa inggris menggunakan istilah “Good Friday”. Memang ada pro kontra
penggunaan istilah good Friday. Ada yang berpendapat bahwa istilah dan
penyebutan good Friday adalah kesalahan di dalam penulisan. Sebenarnya penulisan
yang tepat ialah “God Friday”.
Ada pula yang berpendapat
bahwa secara teori yang bisa dipertanggung jawabkan yaitu istilah Good itu
berasal dari bahasa Inggris Kuno. Kata Good itu di artikan suci. Itu sebabnya
kalimat “Good Friday” sebenarnya ialah Jumat Suci.
Sedangkan di dalam tata
ibadah Yunani, hari raya Good Friday memakai penyebutan “He Hagia kai
Megalē Paraskeuē”. Kalimat “He Hagia kai Megale Paraskeue”
diterjemahkan menjadi hari “Jumat Suci dan Agung”. Selanjutnya di dalam tata
bahasa Jerman, berkaitan dengan Jumat Suci dan Agung memakai kata “Karfreitag” yang diartikan
dengan “Jumat Sedih”.
Dalam kalender gerejawi,
hari “Jumat Agung, Jumat Suci dan Jumat Sedih” diperingati sebagai suatu momen
untuk umat Kristen di seluruh dunia mengenang peristiwa penyaliban dan kematian
Yesus di atas kayu salib. Perayaan dalam hari “Jumat Agung, Jumat Suci, Jumat
Sedih”, dilakukan dalam nuansa
psikologis kesedihan, khusuk dan merendahkan diri melalui doa dan puasa.
Alkitab sebagai sumber utama
pengajaran iman Kristen tidak secara jelas mengungkapkan tentang hari kematian
Yesus di atas kayu salib. Para penulis kitab suci, yaitu para nabi dan para
rasul pun tidak mencatat hari kematian itu. Hanya kalau kita memperhatikan dalam
Injil-injil sinoptik (Matius--Markus--Lukas) dan Yohanes memang ada
petunjuknya.
Ada dua petunjuk penting
berkaitan dengan peristiwa penyaliban dan kematian Yesus yang dicatat oleh para
rasul yaitu: satu, ada hari persiapan dan dua, menjelang atau pra Sabat. Kedua peristiwa
itu dicatat dalam Matius 27:62; Markus 15:42; Lukas 23:54; Yohanes 19:14.
Berdasarkan dua peristiwa
penting tersebut di atas, maka perhitungan Sabat dimulai dari Jumat petang, pada
waktu matahari masuk ke peraduannya atau tidak lagi bersinar. Artinya ialah
bahwa ketika para rasul menulis “menjelang Sabat” (Yunani: prosabbaton--“hari sebelum
Sabat”), maka bisa dipahami bahwa hari kematia Yesus terjadi pada Kamis petang atau
Kamis sore hari (pra matahari masuk ke peraduannya atau setelah terbenamnya
matahari) sampai pada hari Jumat di mana matahari belum terbenam.
Dalam Markus 15:25 dan
Yohanes 19:14 diberi tambahan petunjuk, khususnya tentang waktu penyaliban
Yesus. Markus menyebut “jam sembilan pagi” atau dalam teks Yunani: ēn de hōra tritē (pada
jam ketiga), sementara Yohanes “kira-kira jam dua belas” atau dalam teks
Yunani: hōra ēn hōs
hektē (kira-kira jam keenam).
Berdasarkan pemaparan di
atas, maka dapat disimpulkan bahwa hari kemati Yesus di atas kayu salib ialah
hari Jumat. Dari situlah menjadi cikal bakal lahirnya perayaan hari Jumat
Agung, Jumat Suci dan Jumat Sedih” di mana di hari itu semua umat Kristen di
seluruh dunia memperingati kematian Yesus untuk menebus manusia dari
dosa-dosanya.
Telah menjadi suatu pola
bahwa Jumat Agung, Jumat Suci, Jumat Sedih sebagai perayaan minggu paskah. Artinya
ialah bahwa Jumat Agung, Jumat Suci, Jumat Sedih dilakukan sebelum paskah atau
minggu pra paskah.
Acuan penghitungan untuk
hari paskah didasarkan pada kebiasaan atau tradisi lama yaitu tradisi Computus (istilah
Latin yang berarti “penghitungan”). Hal itulah yang menjadi alasan kuat bahwa hari
Paskah yaitu hari kebangkitan Yesus terjadi pada hari Minggu, yaitu pada waktu
bulan purnama yang mengikuti musim vernal equinox atau spring equinox (baca ekuinoks artinya
musim semi).
Equinox sendiri
adalah fenomena alam dimana matahari melintasi garis khatulistiwa, sehingga
lamanya siang dan malam di seluruh dunia menjadi sama, yaitu 12 jam. Dalam
setahun terjadi dua kali equinox (vernal/ spring dan autumnal), dimana vernal equinox biasanya
terjadi pada 21 Maret. Perayaan Jumat Agung diisi dengan perenungan-perenungan
akan jalan sengsara (via
dolorosa) Yesus Kristus, mulai dari Ia dihadapkan kepada Pilatus,
hingga dimakamkan.
No comments:
Write komentar