Wednesday, April 24, 2019

Memahami Tritunggal Secara Etimologi

Memahami Tritunggal secara etimologi ~ Kata Trinitas atau Tritunggal adalah bersumber dari kosa kata atau tata bahasa Latin. Dalam bahasa Latin, kata Trinitas atau Tritunggal adalah menggunakan kata “trinus” dan “unitas”. Kata Latin “trinus” dan “unitas” diartikan dengan: “tiga serangkai atau tritunggal”. Kedua kata “trinus” dan “unitas” adalah kata benda abstrak, yang terbentuk dari kata sifat trinus (tiga masing-masing, tiga kali lipat), sebagai kata unitas yang merupakan kata benda abstrak yang dibentuk dari unus (satu).


Dalam tata bahasa atau kosa kata Yunani yang sesuai adalah kata “trias”. Kata “trias” itu diartikan sebagai: “satu set dari tiga” atau “berjumlah tiga”. Teofilus dari Antiokhia yaitu pada sekitar tahun 170, dianggap sebagai orang pertama yang memakai istilah dari kata Yunani ini ke dalam teologi Kristen (meskipun bukan tentang Trinitas Ilahi).


Sedangkan teolog Latin yang pertama menggunakan istilah “Trinitas”, “Persona” dan “Substansi” ialah Tertulianus, yaitu pada permulaan abad ke 3. Tertulianus menjelaskan bahwa Bapa, Anak dan Roh Kudus adalah “satu dalam esensi – bukan satu dalam Persona”. Artinya ialah Bapa, Anak, Roh Kudus adalah satu dalam esensi atau hakikat yaitu Allah Yang Esa. Namun harus juga dipahami bahwa pada saat yang sama secara Persona atau Person atau Pribadi atau hupostasis berbeda atau tidak sama.

Pada tahun 325, yaitu satu abad berikutnya, para pemimpin gereja menyelenggarakan konsili [Konsili Ekumenis dalam Gereja Katolik dan Gereja Ortodoks Timur adalah pertemuan seluruh uskup keseluruhan Gereja untuk membahas dan mengambil keputusan yang menyangkut doktrin Gereja dan aturan praktisnya] atau sidang akbar atau pertemuan besar atau musyawarah besar di Nicea. Dalam konsili di Nicea tersebut diputuskan dan ditetapkanlah bahwa doktrin Trinitas sebagai ortodoksi [Ortodoksi dalam sebuah ajaran agama artinya adalah “ajaran yang benar”, terkadang hal ini diartikan sebagai “ajaran yang lama”, “ajaran yang kuno” atau “ajaran yang fundamentalis”].

Lalu gereja juga mengadopsi Pengakuan Iman Nicea, yang memberikan gambaran dan penegasan tentang Yesus Kristus sebagai “Allah dari allah, Terang dari terang, maha Allah dari maha Allah, diperanakkan, bukan dibuat, satu substansi (homoousios) dengan Bapa”. Dalam kitab Wahyu ditegaskan bahwa: “Mereka akan berperang melawan Anak Domba. Tetapi Anak Domba akan mengalahkan mereka, karena Ia adalah Tuan di atas segala tuan dan Raja di atas segala raja. Mereka bersama-sama dengan Dia juga akan menang, yaitu mereka yang terpanggil, yang telah dipilih dan yang setia” – Wahyu 17:14. Lalu dalam Wahyu 19:16: “Dan pada jubah-Nya tertulis suatu nama, yaitu “Raja segala raja dan Tuan di atas segala tuan”.

Kata “tritunggal” (bahasa Inggris: trinity) berasal dari kata Latin trinitas, yang berarti "yang nomor tiga, tiga serangkai". Kata benda abstrak tersebut terbentuk dari kata sifat trinus (tiga masing-masing, rangkap tiga), [Lewis and Short: “trinus. Perseus.tufts.edu. Diakses tanggal 24 April 2019”] sebagaimana kata unitas merupakan kata benda abstrak yang terbentuk dari unus (satu).

Kata yang sesuai dalam bahasa Yunani adalah Τριάς, yang artinya “satu set dari tiga” atau “yang nomor tiga” [“Liddell & Scott, A Greek-English Lexicon. entry for Τριάς, diakses 24 April 2019] Catatan pertama terkait penggunaan kata Yunani ini dalam teologi Kristen adalah oleh Teofilus dari Antiokhia pada sekitar tahun 179.

Dengan cara demikian juga ketiga hari sebelum [terciptanya] penerang, terdapat tanda-tanda Trinitas [Τριάδος], dari Allah, dan Firman-Nya, dan kebijaksanaan-Nya. Dan yang keempat adalah tanda manusia, yang membutuhkan terang, sehingga demikianlah terdapat Allah, Firman, kebijaksanaan, manusia.[ Aboud, Ibrahim (Fall 2005). Theandros an online Journal of Orthodox Christian Theology and Philosophy. 3, number 1. Diakses 24 April 2019].

Tertullianus, seorang teolog Latin yang menulis pada awal abad ke-3, dianggap sebagai orang pertama yang menggunakan kata-kata Latin terkait “Trinitas” [Against Praxeas, chapter 3. Ccel.org. 1 June 2005. Diakses tanggal 24 April 2019]; “pribadi” dan “substansi” [Against Praxeas, chapter 2 and in other chapters] untuk menjelaskan bahwa Bapa, Putra, dan Roh Kudus adalah “satu dalam esensi — bukan satu dalam Pribadi” [History of the Doctrine of the Trinity. Diakses 24 April 2019]

1 comment:
Write komentar
  1. Shalom bapak, ibu saudara/i di manapun berada. Apakah Sudah ada yang pernah mendengar tentang Shema Yisrael? Ini adalah kalimat pengakuan iman orang Yahudi yang biasa diucapkan pada setiap ibadah mereka baik itu di rumah ibadat atau sinagoga maupun di rumah. Yesus juga menggunakan Shema untuk menjawab pertanyaan dari seorang ahli Taurat mengenai hukum yang utama. Kita dapat baca di Ulangan 6 ayat 4 dan pernah juga dikutip oleh Yesus di dalam Injil Markus 12 : 29. Dengan mengucapkan Shema, orang Yahudi mengakui bahwa YHWH ( Adonai ) Elohim itu esa dan berdaulat dalam kehidupan mereka. Berikut teks Shema Yisrael tersebut dalam huruf Ibrani ( dibaca dari kanan ke kiri seperti huruf Arab ) beserta cara mengucapkannya ( tanpa bermaksud untuk mengabaikan atau menyangkal adanya Bapa, Roh Kudus dan Firman Elohim yaitu Yeshua haMashiakh/ ישוע המשיח, yang lebih dikenal oleh umat Kristiani di Indonesia sebagai Yesus Kristus ) berikut ini

    Teks Ibrani Ulangan 6 ayat 4 : ” שְׁמַ֖ע ( Shema ) יִשְׂרָאֵ֑ל ( Yisrael ) יְהוָ֥ה ( YHWH [ Adonai ] ) אֱלֹהֵ֖ינוּ ( Eloheinu ) יְהוָ֥ה ( YHWH [ Adonai ] ) אֶחָֽד ( ekhad )


    Lalu berdasarkan halakha/ tradisi, diucapkan juga berkat: ” ברוך שם כבוד מלכותו, לעולם ועד ” ( " barukh Shem kevod malkuto, le’olam va’ed " ) yang artinya diberkatilah nama yang mulia kerajaanNya untuk selama-lamanya " ). Apakah ada yang mempunyai pendapat lain?.
    🕎✡️👁️📜🕍🤴🏻👑🗝️🛡️🗡️🏹⚖️☁️☀️⚡🌧️🌈🌒🌌🔥💧🌊🌬️🏞️🗺️🏡⛵⚓👨‍👩‍👧‍👦❤️🛐🤲🏻🖖🏻🌱🌾🍇🍎🍏🌹🐏🐑🐐🐂🐎🦌🐪🐫🦁🦅🕊️🐟🐍₪🇮🇱⛪

    ReplyDelete