Spiritualitas
Kristiani ~ Landasan firman Tuhan untuk tema tersebut diambil dari
Injil Yohanes 14:7. Penulis Injil Yohanes dalam pimpinan, tuntunan, arahan,
bimbingan dan ilham Roh Kudus menulis: “Sekiranya kamu mengenal Aku, pasti kamu
juga mengenal Bapa-Ku. Sekarang ini kamu mengenal Dia dan kamu telah melihat
Dia”.
Dalam rangka memahami esensi
spiritualitas kristiani, maka paling tidak ada 3 hal penting yang harus
diajarkan dan dihidupi oleh Gereja. Ketiga hal dimaksud akan diuraikan di bawah
ini, yaitu:
1.
Mengenal kesatuan Allah dan Kristus.
Kalau kita mengenal Yesus
Kristus dengan baik (dan mendalam), maka kita akan dihantar pada kepengenalan
akan Allah dengan sangat baik juga. Ini yang dikatakan oleh Yesus sendiri
setelah Ia menjelaskan tentang jalan, kebenaran dan hidup untuk bisa sampai
kepada Allah Bapa di Sorga.
“Sekiranya kamu mengenal
Aku, pasti kamu juga mengenal Bapa-Ku. Sekarang ini kamu mengenal Dia dan kamu
telah melihat Dia’ – Yohanes 14:7. Di sini ada interaski, komunikasi dan relasi
yang dibangun secara konsisten untuk mengenal Yesus dan Bapa-Nya. Tanpa interaksi,
komunikasi dan relasi yang konsisten, maka sulit bagi kita untuk mengenal Yesus
dan Bapa-Nya.
Nah, hidup kekal itu dimulai
oleh pengenalan yang benar akan apa dan siapa sumber hidup kekal itu. Kata
Yesus: “Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau,
satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau
utus” – Yohanes 17:3.
Jadi, inilah poin pertama
yang harus diajarkan dan dihidupi oleh Gereja sebagai pusat spiritualitas dan
hidup kemuridannya, yakni MENGENAL kesatuan antara Allah dan Yesus.
Memang ini tidak mudah untuk
di ajarkan dan diterima oleh dunia. Satu-satunya cara untuk menjelaskan
kesatuan antara Allah dengan Yesus adalah melalui kepengenalan yang personal
dan mendalam (bahkan masuk dalam penyatuan roh, hati dan imagi) antara kita
sendiri dengan Yesus. Inilah yang menjadi tema dari Injil Yohanes (khusus doa
dan kerinduan Yesus di pasal 17); supaya mereka semua menjadi satu, sama
seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau, agar mereka juga
di dalam Kita, supaya dunia percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku” –
Yohanes 17:21.
Bisakah kita menyatu dengan
entitas ilahi yang begitu kudus dan mulia itu? Jawabnya ya dan tidak. Kita bisa
menyatu jika hal itu mulai dan dikerjakan oleh Allah dan kuasa-Nya sendiri.
Tetapi kita tidak mungkin bisa menyatu jika hal itu dimulai dari kekuatan dan
keinginan kita sendiri. Oleh sebab itu Injil Yohanes dibuka dengan “rahasia”
penyatuan itu demikian:
“Tetapi semua orang yang
menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang
percaya dalam nama-Nya; orang-orang yang diperanakkan bukan dari darah atau
dari daging, bukan pula secara jasmani oleh keinginan seorang laki-laki,
melainkan dari Allah” – Yohanes 1:12-13.
Rahasia penyatuan kita
dengan Allah terletak pada kuasa Allah yang melahir-barukan kemanusiaan kita.
Kita tidak lagi manusia daging yang dilahirkan oleh keinginan laki-laki,
melainkan dari Allah. Kita menjadi manusia baru yang disebut anak-anak Allah.
Wow inilah ajaran utama yang
harus menjadi pusat dasar spiritualitas kita dan kemuridan kita, bahwa kita
dilahirbarukan menjadi anak-anak Allah yang bisa dan mungkin untuk MENGENAL dan
MENYATU dengan Bapa, sama seperti Kristus yang mengenal dan menyatu dengan Sang
Bapa. Bersambung...!
No comments:
Write komentar