Gereja
di era milenial ~ Harus diakui bahwa saat ini gereja ada
pada era milenial. Era milenial dengan tingkat kecepatan teknologi informasi
yang begitu masif menuntut gereja untuk bergerak secara dinamis dan menjawab
kebutuhan generasi milenial.
Generasi milenial tumbuh
dengan beragam informasi, situasi dan kondisi yang berubah sangat cepat. Ada dari
antara mereka yang belum mengenal Tuhan secara pribadi. Namun ada juga yang
sudah mengenalnya, namun mulai ragu karena tekanan ilmu pengetahuan dan kepercayaan
lain.
Gereja adalah tempat untuk
menjaga generasi milenial untuk mereka bisa mengenal Tuhan dan tetap percaya
kepada-Nya. Gereja harus membawa kabar baik dan memberitakannya secara baik dan
benar kepada generasi milenial. Gereja harus menjadi tempat bagi generasi
milenial untuk mebangun persahabatan, komunikasi, dan kasih sayang.
Gereja dan masa depannya ada
di tangan generasi milenial. Itu sebabnya gereja harus membawa generasi
milenial untuk memiliki relasi pribadi dengan Yesus Kristus dan mengenal-Nya
secara benar. Apa yang harus dilakukan oleh gereja dalam upaya melayani
generasi milenial? Jawabannya ialah:
1. Hargai generasi milenial
Gereja memang tumbuh dalam
tradisi. Karenanya gereja lebih menghargai tradisi daripada menghargai generasi
milenial. Gereja harus keluar dari penghargaan yang terlalu tinggi kepada
tradisi. Lalu menaruh perhatian kepada generasi milenial yang harus mendapat
apresiasi atau penghargaan.
Hal itu penting guna
menyelamatkan generasi milenial dari pengaruh negatif dari era milenial. Caranya
ialah libatkan generasi milenial dalam pelayanan gereja. Jalin persahabatan
dengan generasi milenial. Dan share visi dan misi gereja kepada generasi
milenial.
2. Memotivasi orangtua milenial supaya melibatkan
anaknya dalam pelayanan
Gereja harus memotivasi
orangtua dari generasi milenial untuk memberi dorongan kepada anak-anak mereka
supaya terlibat dalam pelayanan. Memang ada kecenderungan dari orangtua
milenial untuk melengkapi anaknya dengan berbagai pengetahuan untuk meraih
prestasi.
Memang semua yang dilakukan
itu bagus dan tidak salah. Anak meraih prestasi dan memiliki kemampuan lebih
memang membanggakan. Tetapi harus diwaspadai oleh orangtua, jangan sampai demi
mengejar prestasi dan memiliki kemampuan lebih, tetapi relasi anak dengan Tuhan
menjadi terabaikan. Ini akan menimbulkan masalah iman dan spiritual dari
generasi milenial menjadi terganggu.
Generasi milenial akan
cenderung sibuk dengan kesibukan dunia. Tuntutan kebutuhan hidup membuat mereka
menghabiskan waktu untuk hal-hal tersebut. Akibatnya relasi mereka dengan Tuhan
dan pelayanan gereja menjadi terabaikan. Oleh karena itu, gereja harus
bekerjasama dengan orangtua milenial demi menjaga kesinambungan pelayanan
gereja ke masa depan.
3. Memberi ruang lebih bagi generasi milenial untuk berkreasi
dalam pelayanan Gereja harus memberi ruang bagi generasi milenial untuk
terlibat aktif dalam pelayanan gereja. Pemimpin gereja harus bisa
mendelegasikan pelayanan kepada generasi milenial. Pelayanan bukan lagi menjadi
monopoli pemimpin dan majelis gereja.
Generasi milenial ini punya
kecenderungan egosentris yang tinggi. Mereka akan mencari tempat dimana mereka
nyaman untuk bernaung, seperti gereja. Beberapa dari mereka berganti-ganti
gereja demi menemukan yang ‘pas’. Padahal semua gereja harusnya bisa lho
sebagai tempat mereka bernaung tinggal bagaimana kita memfasilitasi mereka.
Gereja kadang juga lupa.
Setelah generasi milenial ini dari Senin sampai Jumat disibukkan dengan
pekerjaan ataupun pendidikannya dan saat beribadah, gereja masih saja tidak
menyegarkan mereka dengan Firman Tuhan. Mereka jadi tidak nyaman karena
beranggapan tidak ada tempat yang mampu menjawab kebutuhan mereka terhadap
masalah yang dialami. Tidak ada salahnya kan, ada saatnya gereja melalui
kothbahnya menjawab permasalahan jemaat.
No comments:
Write komentar