Sunday, March 24, 2019

Gereja Di Era Milenial


Gereja di era milenial ~ Harus diakui bahwa saat ini gereja ada pada era milenial. Era milenial dengan tingkat kecepatan teknologi informasi yang begitu masif menuntut gereja untuk bergerak secara dinamis dan menjawab kebutuhan generasi milenial.

Generasi milenial tumbuh dengan beragam informasi, situasi dan kondisi yang berubah sangat cepat. Ada dari antara mereka yang belum mengenal Tuhan secara pribadi. Namun ada juga yang sudah mengenalnya, namun mulai ragu karena tekanan ilmu pengetahuan dan kepercayaan lain.

Gereja adalah tempat untuk menjaga generasi milenial untuk mereka bisa mengenal Tuhan dan tetap percaya kepada-Nya. Gereja harus membawa kabar baik dan memberitakannya secara baik dan benar kepada generasi milenial. Gereja harus menjadi tempat bagi generasi milenial untuk mebangun persahabatan, komunikasi, dan kasih sayang.

Gereja dan masa depannya ada di tangan generasi milenial. Itu sebabnya gereja harus membawa generasi milenial untuk memiliki relasi pribadi dengan Yesus Kristus dan mengenal-Nya secara benar. Apa yang harus dilakukan oleh gereja dalam upaya melayani generasi milenial? Jawabannya ialah:


1. Hargai generasi milenial
Gereja memang tumbuh dalam tradisi. Karenanya gereja lebih menghargai tradisi daripada menghargai generasi milenial. Gereja harus keluar dari penghargaan yang terlalu tinggi kepada tradisi. Lalu menaruh perhatian kepada generasi milenial yang harus mendapat apresiasi atau penghargaan.

Hal itu penting guna menyelamatkan generasi milenial dari pengaruh negatif dari era milenial. Caranya ialah libatkan generasi milenial dalam pelayanan gereja. Jalin persahabatan dengan generasi milenial. Dan share visi dan misi gereja kepada generasi milenial.

2. Memotivasi orangtua milenial supaya melibatkan anaknya dalam pelayanan
Gereja harus memotivasi orangtua dari generasi milenial untuk memberi dorongan kepada anak-anak mereka supaya terlibat dalam pelayanan. Memang ada kecenderungan dari orangtua milenial untuk melengkapi anaknya dengan berbagai pengetahuan untuk meraih prestasi.

Memang semua yang dilakukan itu bagus dan tidak salah. Anak meraih prestasi dan memiliki kemampuan lebih memang membanggakan. Tetapi harus diwaspadai oleh orangtua, jangan sampai demi mengejar prestasi dan memiliki kemampuan lebih, tetapi relasi anak dengan Tuhan menjadi terabaikan. Ini akan menimbulkan masalah iman dan spiritual dari generasi milenial menjadi terganggu.

Generasi milenial akan cenderung sibuk dengan kesibukan dunia. Tuntutan kebutuhan hidup membuat mereka menghabiskan waktu untuk hal-hal tersebut. Akibatnya relasi mereka dengan Tuhan dan pelayanan gereja menjadi terabaikan. Oleh karena itu, gereja harus bekerjasama dengan orangtua milenial demi menjaga kesinambungan pelayanan gereja ke masa depan.

3. Memberi ruang lebih bagi generasi milenial untuk berkreasi dalam pelayanan Gereja harus memberi ruang bagi generasi milenial untuk terlibat aktif dalam pelayanan gereja. Pemimpin gereja harus bisa mendelegasikan pelayanan kepada generasi milenial. Pelayanan bukan lagi menjadi monopoli pemimpin dan majelis gereja.

Generasi milenial ini punya kecenderungan egosentris yang tinggi. Mereka akan mencari tempat dimana mereka nyaman untuk bernaung, seperti gereja. Beberapa dari mereka berganti-ganti gereja demi menemukan yang ‘pas’. Padahal semua gereja harusnya bisa lho sebagai tempat mereka bernaung tinggal bagaimana kita memfasilitasi mereka.

Gereja kadang juga lupa. Setelah generasi milenial ini dari Senin sampai Jumat disibukkan dengan pekerjaan ataupun pendidikannya dan saat beribadah, gereja masih saja tidak menyegarkan mereka dengan Firman Tuhan. Mereka jadi tidak nyaman karena beranggapan tidak ada tempat yang mampu menjawab kebutuhan mereka terhadap masalah yang dialami. Tidak ada salahnya kan, ada saatnya gereja melalui kothbahnya menjawab permasalahan jemaat.

No comments:
Write komentar