Wednesday, May 1, 2019

Apakah Yesus Disalibkan Hari Jumat Atau Hari Rabu?

Apakah Yesus disalibkan hari Jumat atau Rabu? ~ Munculnya pertanyaan tersebut menegaskan bahwa ada yang mulai meragukan tentang kapan tepatnya hari kematian Yesus? Apakah pada hari Jumat ataukah hari Rabu? Jika dihitung berdasarkan hitungan waktu normal yang dipahami secara umum yaitu kurun waktu 24 jam, maka Yesus wafat bukan pada hari Jumat melainkan pada hari Rabu.

Berdasarkan catatan Alkitab sebagai bukti otentik dan bisa dipertanggung-jawabkan secara teologis, maka saya menjawab secara tegas bahwa Yesus memang wafat pada hari Jumat menjelang Sabat. Dalam Injil Sinoptik kita menemukan bukti-bukti kuat yang menegaskan bahwa memang kematian Yesus terjadi pada hari Jumat. Dalam Injil Markus 15:42-47; Lukas 23:50-56 dan Yohanes 19:31-37.

Memang perhitungan secara harafiah kalau Yesus wafat pada hari Jumat, maka Yesus tidak sampai tiga hari tiga malam dalam perut bumi. Pada hal dalam Injil Matius 12:40, menegaskan bahwa: “Sebab seperti Yunus tinggal di dalam perut ikan tiga hari tiga malam, demikian juga Anak Manusia akan tinggal di dalam rahim bumi tiga hari tiga malam”.

Lalu apakah makna 3 hari 3 malam sesungguhnya?
Mari kita tinjau Injil Matius 12:40 dalam bahasa Yunaninya menegaskan demikian: “ὥσπερ γὰρ ἦν Ἰωνᾶς ἐν τῇ κοιλίᾳ τοῦ κήτους τρεῖς ἡμέρας καὶ τρεῖς νύκτας, οὕτως ἔσται ὁ Υἱὸς τοῦ ἀνθρώπου ἐν τῇ καρδίᾳ τῆς γῆς τρεῖς ἡμέρας καὶ τρεῖς νύκτας”. [Transliterasi : ósper gár ín Ionás en tí koilía toú kítous treís iméras kaí treís nýktas, oútos éstai o Yiós toú anthrópou en tí kardía tís gís treís heméras kaí treís nýktas].


Dalam bahasa Inggris ayat tersebut berbunyi: [“For as Jonah was three days and three nights in the belly of a huge fish, so the Son of Man will be three days and three nights in the heart of the earth”]. Diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia demikian: “Sebab seperti Yunus tinggal di dalam perut ikan tiga hari tiga malam, demikian juga Anak Manusia akan tinggal di dalam rahim bumi tiga hari tiga malam”.

Perhatikan kalimat “Tiga hari tiga malam” di dalam bahasa Yunaninya menggunakan kalimat: “Treis hemeras kai treis nyktas”. Kita sudah terpola dan terkondisikan bahwa yang kita pahami tentang kata “hemeras” diterjemahkan menjadi “hari” dalam tata bahasa Indonesia dan dalam kosa kata bahasa Inggrisnya “day”. Hidup kita sudah terpola dan terkondisikan bahwa kata “hari” atau “day” selalu dimengerti dan dipahami bahwa itu menunjuk kepada 24 jam karena memang satu hari itu ya 24 jam.

Tetapi kalau kita mempelajari kosa kata bahasa Yunani tentang “hemeras” yang diterjemahkan dengan “hari” sesungguhnya kata “hemeras” menunjuk kepada suatu periode waktu yaitu pada saat matahari terbit sampai matahari terbenam atau saat terang matahari menyinari bumi.

Kalau kita merujuk ke dalam Perjanjian Lama secara khusus dalam kisah penciptaan, maka kita juga menemukan dalam Kejadian tentang penggunaan kata “hari” yang dikontraskan dengan kata malam. Mari kita perhatikan kitab Kejadian 1:5: dalam bahasa Ibrani: [“וַיִּקְרָ֨א אֱלֹהִ֤ים ׀ לָאֹור֙ יֹ֔ום וְלַחֹ֖שֶׁךְ קָ֣רָא לָ֑יְלָה וַֽיְהִי־עֶ֥רֶב וַֽיְהִי־בֹ֖קֶר יֹ֥ום אֶחָֽד׃ פ”]. Pelafalannya yaitu: {“wayiqra' Elohim la'owr yowm welachoshekh qara laylah wayehi-erev wayehi-voqer yowm echad Wayiqra Elohim la'owr yowm”}. Dalam bahasa Indonesia diterjemahkan: “Dan Allah menyebut Terang itu Hari (Yowm), welachoshekh qara laylah Dan gelap itu Malam (Laylah)”.

Dalam terjemahan bahasa Inggris menegaskan demikian: “God called the light “day,” and the darkness he called “night”. [Allah menyebut Terang itu hari, dan Gelap itu Malam]. Dengan demikian, apa yang dicatat dalam Injil Matius 12:40 secara khusus tentang kalimat: “tiga hari tiga malam”, lalu mengaitkannya dengan Kejadian 1:5, maka “tiga hari tiga malam” menunjuk kepada “tiga kali terang dan tiga kali gelap”.

Peristiwa alam di sekitar wafat Yesus
Merujuk kepada pemaparan di atas, maka pertanyaan yang mengemuka ialah benarkah dalam periode waktu Yesus wafat sampai Yesus bangkit terdapat tiga kali terang dan tiga kali gelap? Mari kita melakukan investigasi secara mendalam kronologisnya.

Kematian Yesus terjadi hari Jumat sore. Ketika itu terjadi, alam pun memberikan reaksi terhadap apa yang menimpa Penciptanya. Penulis Injil Markus mengabadikannya dengan benar reaksi tersebut.

Injil Markus 15:33-34: “Pada jam dua belas, kegelapan meliputi seluruh daerah itu dan berlangsung sampai jam tiga. Dan pada jam tiga berserulah Yesus dengan suara nyaring: “Eloi, Eloi, lama sabakhtani?”, yang berarti: “Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?”.

Pada waktu Yesus wafat, Markus menegaskan bahwa terjadi kegelapan meliputi seluruh daerah berlangsung sampai jam tiga. Dan ini menjadi kegelapan yang pertama. Lalu dilanjutkan lagi oleh penulis Injil Markus bahwa pas jam tiga, Yesus berseru dengan suara nyaring...”. Di sini ada pergantian dari gelap ke terang karena hari masih sore atau matahari masih menerangi bumi. Inilah terang yang pertama.

Selanjutnya hari Jumat malam menjadi kegelapan ayau malam yang kedua. Hari Sabtu pagi menjadi terang atau hari yang kedua. Kalau digabungkan dengan penjelasan di bagian satu di atas, maka sudah dua kali malam dan dua kali terang. Penjelasan berikutnya ialah hari Sabtu malam. Ini adalah kegelapan atau malam yang ketiga. Kemudian hari Minggu pagi atau hari yang ketiga menjadi terang.  

Berdasarkan penjelasan yang sudah disajikan di atas, maka kita tiba pada kesimpulan, yaitu: Satu, kematian Yesus terjadi pada hari Jumat dan bukan pada hari Rabu. Dua, tiga hari tiga malam bukan menunjuk kepada waktu 3x24 jam, melainkan menunjuk kepada tiga kali terang dan tiga kali malam. Tiga, pada saat Yesus memakai kalimat “tiga hari tiga malam”, yang Yesus maksudkan bukan menunjuk kepada waktu 24 jam tetapi menunjuk kepada jumlah hari sesuai dengan Kejadian 1:5, yaitu bahwa tiga kali terang dan tiga kali malam.

Mengapa Perayaan Paskah Berubah-ubah Tanggalnya ?

Mengapa perayaan paskah berubah-ubah tanggalnya ~ Jumat Agung dan Paskah secara esensi masih ada di antara orang Kristen yang tidak mengetahui dan memahaminya secara memadai sampai dengan saat ini. Hal ini ditandai dengan adanya penyebutan yang tumpang tindih seperti mengatakan bahwa Jumat Agung itu sebagai hari Paskah. Pada hal secara esensi Jumat Agung dan Paskah merupakan dua peristiwa akbar dalam sejarah suci penyelamatan umat manusia yang berbeda.

Secara tradisi iman Kristen, hari Jumat Agung adalah hari yang diakui dan diterima sebagai hari dimana Yesus mati di atas kayu salib. Yesus melewati suatu proses pengadilan yang tidak adil dalam pengadilan Mahkama Agama Yudaisme. Lalu Yesus juga menjalani suatu penyiksaan dan penderitaan yang sangat sadis dan mengerikan yang dlakukan oleh para prajurit kerajaan Romawi kala itu.

Dalam kondisi fisik yang sangat amat menderita, Yesus diarak menuju bukit Golgota. Di bukit itulah Yesus disalibkan dan menghebuskan nafas-Nya yang terakhir. Kita mengimani dan mengamini bahwa peristiwa mati-Nya Yesus di atas kayu salib untuk menebus kita dari dosa. Itulah sebabnya dalam tradisi iman Kristen mengakui dan menerima hari Jumat itu sebagai hari Jumat Agung. Namun tidak semua hari Jumat itu disebut agung.


Dalam perenungan dan refleksi di hari Jumat Agung itu, sesungguhnya bagi kita bukanlah saat untuk berdukacita, tetapi sebagai momen selebrasi sukacita penuh cinta. Artinya bahwa Yesus mati karena Ia sangat mencintai dan mengasihi kita. Itulah pengorbanan cinta kasih Yesus untuk menyelamatkan kita. Dialah Juruselamat kita yang Agung. Cinta kasih Yesus sangat mendalam kepada kita.

Berdasarkan pada catatan Kitab Suci bahwa sesudah Yesus mati dan dikebumikan, maka di hari ketiga yaitu pada hari Minggu Yesus bangkit dari antara orang mati.
Yesus bangkit menegaskan bahwa Ia adalah Allah yang berkuasa mengalahkan kematian. Inilah menjadi titik tumpu dan titik awal menyebut kebangkitan Yesus sebagai hari Paskah yang bertepatan dengan hari Minggu. 

Makna atau arti Paskah adalah hari kebangkitan atau Minggu Kebangkitan. Adapun tanggal yang pasti mengenai peristiwa Jumat Agung tidak dicatat dalam alkitab, namun dari berbagai data, penelitian serta perkiraan, peristiwa Jumat Agung diyakini terjadi pada tahun 33 atau 34 Masehi.  Hari Jumat Agung jatuh 2 hari sebelum Hari Raya Paskah, yaitu hari peringatan kebangkitan Yesus (sesuai dengan alkitab Perjanjian Baru, karena dalam Perjanjian Lama hari raya paskah dikaitkan dengan peringatan pembebasan bangsa Israel dari perbudakan di Mesir). 

Hari Raya Paskah jatuh pada hari Minggu yang pertama setelah bulan purnama paskah, yaitu bulan purnama pada atau setelah tanggal 21 Maret setiap tahunnya. Perlu dipahami bahwa tanggal untuk hari Paskah setiap tahun selalu berubah dan tidak sama. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan perhitungan penanggalan yang dilakukan pihak Gereja Ortodoks Timur dan Gereja Katolik Roma.

Gereja Ortodoks Timur menggunakan tanggal 21 Maret menurut Kalender Julian, sedangkan Gereja Katolik Roma menggunakan tanggal 21 Maret menurut Kalender Gregorian yang lebih modern dan lebih luas pemakaiannya. Dengan demikian, bulan purnama Gereja Ortodoks Timur biasanya jatuh 4-5 hari setelah bulan purnama Gereja Katolik Roma.

Karena itu, Paskah di Gereja Katolik Roma dapat jatuh antara tanggal 22 Maret sampai 25 April, maka Jumat Agung jatuh antara tanggal 19 Maret sampai 22 April. Di Gereja Ortodoks Timur, Paskah jatuh antara 22 Maret sampai 25 April menurut kalender Julian (tapi menurut kalender Gregorian berarti tanggal 4 April sampai 8 Mei) dan Jumat Agung dapat jatuh antara 19 Maret dan 22 April (atau antara 1 April sampai 5 Mei menurut kalender Gregorian).

Sementara itu untuk Paskah secara internasional, digunakan penanggalan secara Gregorian, penanggalan yang lebih populer dibandingkan penanggalan Julian. Untuk memperhitungkan tanggal perayaan Paskah, gereja Kristen menggunakan hari bulan purnama “gerejawi” baik Julian maupun Gregorian tersebut, bukan bulan purnama astronomi.

Itulah sebabnya perayaan Paskah bisa berbeda-beda tanggalnya, padahal Yesus bangkit di hanya dalam satu hari tertentu. Hal ini hanya karena pengaturan gereja semata. Walaupun ada perbedaan arti atau makna, Jumat Agung dan Paskah adalah momen terpenting selain Natalan.

Bahkan dua peristiwa inilah menjadi puncak dari kehadiran Yesus sebagai manusia di dunia karena memperingati peristiwa yang paling sakral dalam hidup Yesus, seperti yang tercatat di dalam keempat Injil di Perjanjian Baru. Setelah 40 hari hidup bersama para murid-Nya, Yesus pun terangkat ke sorga. Lima puluh hari kemudian, turunlah Roh Kudus di antara para murid Yesus (para Rasul), sebagaimana dijanjikan Yesus kepada mereka.

Pada saat itulah para Rasul Yesus itu mentahbiskan dan membaptis sekitar 3.000 orang menjadi pengikut Yesus, yang disebut juga sebagai awal dari gereja mula-mula, yang kemudian menyebar ke seluruh dunia.